TRAVELLING DIKUTIP.COM
WISATA-TRAVELLING BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG

Sabtu, 21 April 2012 | 20.10 | 0 Comments

WISATA-TRAVELLING BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG

TRAVELLING.DIKUTIP.COM - Benteng Kuto Besak Siapa yang tidak tau Benteng Kuto Besak, khususnya Warga Palembang, Benteng Kuto Besak merupakan salah satu awal dari jejak travelling di kota Palembang, dengan Keindahan dan Sejarahnya Patut sekali untuk kita bahas kali ini, Benteng Kuto Besak tepak menghatap sungai musi, Panorama sekitar seperti Jembatan Ampera dan Museum serta pinggiran Sungai Musi Menjadi daya tarik untuk para wisatawan Lokal dan Mancanegara, Benteng Kuto Besak lebih identik dengan singkatan BKB bagi warga palembang meruapakan suatu kebanggan sekaligus cermin sejarah di Palembang, saat ini di sekitar BKB sering di jadikan area Konser Live Musik, dan berbagai macam event, patut sekali jika anda ke Palembang untuk tidak ketinggalan menikmati keindahan panorama sungai musi di Benteng Kuto BEsak

Sejarah
Benteng Kuto Besak berdiri kokoh di ketinggian 10 meter dimana dari sini Anda dapat menyaksikan kapal-kapal berlalu-lalang di Sungai Musi. Benteng ini adalah kebanggaan masyarakat Palembang karena merupakan benteng terbesar dan satu-satunya yang terbuat dari batu sebagai saksi perlawanan terhadap penjajah asing.

Dibangun pada abad ke 17, Kuto Besak merupakan warisan Kesultanan Palembang Darussalam yang memerintah pada 1550-1823. Benteng ini memiliki panjang 288,75 m, lebar 183,75 m, tinggi 9,99 m dan tebal 1,99 m, berfungsi sebagai pos pertahanan. Lokasi Benteng ini baik secara politik dan geografis sangat strategis karena membentuk pulau sendiri, berbatasan dengan sungai musi di sebelah selatan, sungai sekanank di sebelah barat, sungai kapuran di sebelah utara dan sungai tengkuruk di sebelah timur.

Berdasarkan catatan sejarah di Balai Arkeologi Kota Palembang, benteng ini pendiriannya memakan waktu 17 tahun (1780-1797). Pembangunan Benteng Kuto Besak diprakarsai Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah 1724-1758. Konstruksinya dimulai pada 1780 selama era Sultan Mahmud Badaruddin. Benteng ini dimaksudkan sebagai sebuah istana yang dibangun untuk menggantikan Keraton Kuto Lamo Tua atau Benteng Kuto Lamo yang luasnya tidak cukup besar. Saat ini, Benteng Kuto Lamo digunakan sebagai Museum Sultan Mahmud Badarudin II. Benteng Kuto Besak akhirnya digunakan secara resmi sebagai pusat pemerintahan Kesultanan dari 21 Februari 1797.

Tahun 1821 benteng ini diserbu oleh tentara kolonial Belanda. Benteng Kuto Besak dirampas dan Sultan Mahmud Badaruddin II dibuang ke Maluku. Kejadian ini menandai akhir dari era Kesultanan Palembang. Tanda pendudukan Belanda terukir di Benteng Kuto Besak dengan ukir gaya kolonial.

Benteng Kuto Besak adalah refleksi dari masyarakat multi-etnis dari era Kesultanan Palembang Darussalam. Pengawasan konstruksi dipercayakan kepada seorang supervisor Cina, sementara para buruh bangunan asli Palembang dan Cina yang bekerja bergandengan tangan dalam keharmonisan. Keharmonisan ini juga salah satu warisan yang diturunkan sampai hari ini seperti digambarkan dalam banyak acara-acara di Kota Palembang seperti di Cap Go Meh dan Imlek (Tahun Baru Cina).

Setiap sudut benteng diperkuat dengan bastion. Bastion di sudut barat  lebih besar dan mirip dengan benteng-benteng lain di Indonesia sementara bastion lainnya bentuknya arsitekturnya unik dan tidak mungkin ditemukan di tempat lain. Gerbang utama, yang disebut Lawang Kuto, terletak di selatan menghadap ke Sungai Musi, sedangkan gerbang lainnya yang disebut Lawang borotan terletak di sebelah barat dan timur, meskipun gerbang barat saat ini satu-satunya yang masih berdiri.












previous previous
 
Creative Globalindo Tour and Travelling
2011-2012
travel.dikutip.com | dikutipresent